Hitung Untung Produksi Bioetanol
Indonesia berpotensi sebagai produsen bioetanol terbesar di dunia. Menurut Dr Ir Arief Yudiarto, periset di Balai Besar Teknologi Pati, ada 3 kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman mengandung pati, bergula, dan serat selulosa. 'Seluruhnya ada di Indonesia,' ujarnya.
Salah satu bahan baku yang sohor digunakan di tanahair adalah molase alias tetes tebu. Limbah pabrik gula itu berkadar gula mencapai 50%. Untuk menghasilkan seliter bioetanol diperlukan 4 kg molase. Bahan baku lainnya adalah singkong. Tanaman itu adaptif di berbagai daerah. Itulah sebabnya singkong menjadi salah satu pilihan bahan baku. Kerabat euphorbia itu salah satu sumber pati. Rata-rata kadar pati singkong 28,5%. Untuk menghasilkan seliter bietanol perlu 6,5 kg singkong. Berikut analisis usaha produksi bioetanol dari kedua bahan baku.
Asumsi:
- Lahan yang digunakan untuk produksi adalah milik sendiri, bukan sewa.
- Umur ekonomis mesin produksi bioetanol 10 tahun.
- Umur ekonomis zeolit lokal 500 kali pemakaian setara 500 hari.
- Jam kerja produksi 8 jam/hari.
- Harga jual bioetanol berkadar 99% Rp5.500 per liter.
- Tingkat suku bunga Bank Indonesia saat perhitungan 8%.
- Kapasitas produksi 70 liter per hari.
- Bioetanol yang dihasilkan berkadar 99%.
Dari analisis di atas dapat disimpulkan, dengan tingkat keuntungan 19%, produksi bioetanol berbahan baku singkong layak diusahakan karena lebih menguntungkan daripada menyimpan dana di bank dengan tingkat bunga Bank Indonesia per 6 Desember 2007 sebesar 8%. Investasi yang ditanamkan untun usaha produksi bioetanol kembali setelah 6 tahun 9 bulan
Produksi bioetanol berbahan baku molase layak diusahakan karena tingkat keuntungan mencapai 24%. Jumlah itu lebih menguntungkan dari pada menyimpan dana di bank dengan tingkat bunga Bank Indonesia per 6 Desember 2007 sebesar 8%. Investasi yang ditanamkan untuk usaha produksi bioetanol kembali setelah 3 tahun 8 bulan. (Imam Wiguna)